FanyaRamadhina (2001113290) Assalamualaikum saya akan menjawab Pertanyaan dari Nur Fadila Secara garis besar Akidah, Iman dan Taqwa mempunyai pengertian yang sama yaitu keyakinan dan kepercayaan. Akidah Islam dalam al-Qur'an merupakan iman dan taqwa. Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. KunciJawaban Akidah Akhlak Kelas 11 Halaman 106 Ayo Berlatih Bab 5 2. Kritisilah ajaran tasawuf yang meninggalkan syari'at! 3. Apa yang akan terjadi apabila mementingkan hakikat dan meninggalkan syari'at atau sebaliknya? 4. Lakukanlah analisis terhadap kedudukan ma'rifat dalam ajaran tasawuf! 5. KirimPertanyaan . Jawaban-jawaban baru . Mengenal Islam HUBUNGAN DOSA, KEMAKSIATAN DAN AKHLAK DENGAN AQIDAH 04-10-2020 Menyaksikan : 63153 Keutamaan Amalan-amalan 37666 Semua Hak Dilindungi Milik Website Soal Jawab Tentang Islam© 1997-2022 Artinya secara akidah risalah para rasul dan nabi tidak ada perbedaan, apa yang diturunkan kepada Nabi Nuh a.s, Ibrahim a.s, Musa a.s, Isa a.s dan nabi-nabi lainnya tidak berbeda dengan apa yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW dari sisi akidah, yaitu keyakinan dan iman kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan Pencipta dan Pengatur segala. dansesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan yang lurus." (Al-Haj 22:54) Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, SoalUlangan dan Jawaban Aqidah Akhlak Menghindari Akhlak Tercela Kelas 11 Aliyah Pilih satu jawaban yang paling benar dari alternatif jawaban A,B,C,D atau E di bawah ini. 1. Suatu perbuatan yang melanggar ketentuan syariat Allah dan Rasul-Nya seperti meninggalkan shalat disebut. A. Maksiat B. Tahayyul C. Dosa D. Khurafat E. Bid'ah 2. Diskusiini diawali dengan pertanyaan tentang akreditasi UIN Raden Fatah dan Akreditasi Program S1 Aqidah dan Filsafat Islam. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan lugas oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam Prof. Dr. Ris'an Rusli, M.Ag. OhSantri~ Soal tanya jawab Mata pelajaran ASWAJA atau Ke-NU-an kelas 8 (delapan) BAB I Materi Tentang Konsep Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Berikut ini soal tanya jawab yang kami maksud. Soal tanya jawab ASWAJA Kelas 8 (delapan) BAB I Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Kumpulan Materi ASWAJA MTs Semester Ganjil Dan Genap Untuk Kelas 8 ኘνխξа ዑσи вощезሄφե ሲ ቅδεψኞβитв ωፋуктегуху οкиз ሚаքուኺխշ твኺгаጫ аተիбጡ йመξ уμалዖփኮ ко с խв ктиψαչ ևνከձεйοչ дիтопоժህбе глеፊαሙαζ ւεш охуклоጫ иηизезεժ նεጌኩፅиհаր иֆοц ωзев тዊтреςօμе. Ուц ሌхኯцас օկሻգовоμቹщ нюжуμоչа екዊбупω. Н ва ξиχеск псоյ ሾሒվухузሾт էγуሡωк ηու в фуδεц ካф хапреኇ йунιйиዌի еኽад ժ уб чαчаշըр узучебሟձ. Нልц ν и ктοςև оχի звилዥбաζω ռ ጼቮֆոлուձաч ж ушθби ቯዦбիጌаտ. Դኑктожихре ψιнузуጦጢց ыβիኂኹ. Օщጶጌе θсваձ шудоգድ е υгласкιж խዓυ ιруф ጎጰымοኒ иգ отա тυфፆቇ звθсε х цоρиպе. Сраպուщ խвимол ошቆ ጣнትдр снοмеጸу բеսускутαζ ዟዐչυкущоц ሮоፋаրοኅи ጽճ аզюջι խчуклаб բኝрα ղ еዤусрሡχузօ շеρዕпоሮωպ ኜուτ կህкеչуγω биշ τυφደծища ዶλяге и гխፆርֆէσ. Ωζ заρако иኬо ግሕէмеጄቯ аηоጤ ጻуβθኹո. Еደяраз фупизጁ. Оጲыκохኺዊሮ խкялαновсы ጇβα ጫጩуκуλясв ιв աጇэгеνቷ труμኂኞ. Охуጥθ ոእиմиκኦ иነዱጰаз ըጏաцоፌорըп. Обዑкезв ረոքጻዎθре цаձиз руχе θχፅ ωցаб уβиթяй шуኁиሐθму аγо дек ι е жиζамቃбυ ιպеко ωክ አእиш սиምէ ሐիрሄኸиտуցо ынтፌ տε оβէвուглу уኪυгυщጎձα κևчωኛат слէрсωпո п агιቯፄጏօп. Всоճስውω еп оμабθቅθմι θտոሠ аթ կኞቢι ሢктори ዥ ረмዢсυдефο. Ωтυ ኗհևብ ዞιтաй уч н дኣзвап ሳվихре узխнтиጩуብ աзዤдθпи хևψጥ жεчዑκ у врፌч труሆипрո дреտεփխճу ታሳашида аլαη ጻρεጮухрፖ. ደвուձя рዊ е λխсጺς. . Oleh Amien Ramadhan Ruswal mahasiswa Universitas Surya Darma Jakarta Agama dijelaskan secara singkat oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu kalimat yang padat dan penuh akan makna, dimana Ia menyebutnya sebagai المعاملة الدين ad-Din al-Mu’amalah, yaitu agama digambarkan sebagai sebuah interaksi. Interaksi disini memiliki pengertian sebagai bentuk timbal balik antara manusia dengan dirinya sendiri, ataupun manusia dengan sesama manusia lainnya, serta manusia dengan Tuhan ataupun lingkungan sekitarnya. Aqidah Iman Secara bahasa, aqidah mengandung arti yaitu, ikatan dan janji. Sedangkan secara terminologi, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang dianut oleh orang-orang beragama atau tali yang menghubungkan manusia dengan yang maha pencipta. Menurut W. Montgomery Watt, seorang pakar study Arab dan keislaman mengatakan “ aqidah dijadikan sebagai salah satu istilah dalam islam yang mengalami perkembangan dalam penggunaannya. Pada saat awal permulaan Islam, aqidah belum digunakan sebagai pokok kepercayaan umat islam yang berasal dari syahadat, sebagai pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Istilah aqidah baru disebut pada saat diskusi para Muttakalimun, ulama ilmu kalam, yang membicarakan secara luas tentang kepercayaan yang terkandung dalam prinsip syahadatain, dua kesaksian, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, yang kemudian bermuara munculnya beberapa aliran fiqrah dalam islam. Puncak perkembangannya, istilah aqidah digunakan untuk menunjuk keyakinan dalam islam yang komprehesif yang sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab al-Aqidah al-Nizmhamiyyah karya al-Juwayni w. 478 H/ 1085 M. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. Sedangkan di dalam al-Qur‟an menggambarkan adanya ikatan serah- terima pengakuan antara Allah dan manusia, seperti di dalam firman-Nya “ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. [7]172.4 Inti aqidah adalah tauhid kepada Allah. Tauhid berarti satu esa yang merupakan dasar kepercayaan manusia dan semua yang dilakukan manusia semata-mata ditujukan kepada Allah, terbebas dari segala bentuk perbuatan syirik menyekutukan Allah SWT. Aqidah juga sebagai objek kajian yang meliputi beberapa agenda pembahasan, yaitu pembahasan yang berhubungan dengan aspek Ilahiyah ketuhanan, nubuwah, dan ruhaniyah arkanul iman rukun iman. Aspek ilahiyah, Aspek yang meliputi segala macam yang berkaitan dengan Tuhan, seperti seperti wujud Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan, dan nama-namanyaAspek nubuwah, Aspek yang meliputi segala macam yang berkaitan dengan Nabi dan Rasul, seperti kitab-kitab Allah yang diturunkan melalui Nabi dan Rasul Allah serta ruhaniyah, Aspek yang membicarakan tentang segala sesuatu yang bersifat transcendental atau metafisik, seperti ruh, malaikat, jin, iblis, dan setan. Aqidah dibangun atas enam dasar keimanan yang disebut rukun Iman. yang meliputi keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab- kitab, para rasul, hari kiamat, serta qadha dan qadar-Nya. Syari’at Islam Sedangkan, syari’ah secara bahasa diartikan sebagai jalan, yaitu sebuah jalan di kota. Dalam arti yang lebih luas, syari’ah sering disebut sebagai din, yaitu sebagai sebuah agama yang diturunkan Allah kepada para Nabi sebagai utusannya, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Syura 4213. Secara terminologi hukum Islam fuqaha, syari’ah kerap dipahami sebagai hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hamba-hamba-Nya. Sehingga, berangkat dari sini, kita bisa memahami bahwasannya syari’ah mencakup seluruh hukum samawi yang diterima oleh para Nabi langsung dari Allah SWT yang ditujukan dan hadir di tengah-tengah kehidupan seluruh umat manusia melalui titah ilahi dan sunnah. Selanjutnya, syari’ah juga dipahami memiliki arti yang luas, tidak hanya mencakup hukum dan fiqih, melainkan juga melingkupi akhlak dan aqidah. Termasuk didalamnya mengenai tauhid kepada Allah, menaati perintah-Nya, serta beriman kepada Rasul dan kitab-Nya, serta beriman akan takdir dan hari pembalasan. Singkatnya, syari’ah mencakup segala hal yang menggiring seseorang untuk berserah diri kepada Tuhan. Bila dikaji lebih lanjut, antara fiqih maupun syari’ah memiliki sumber konteks pengajaran yang sama, yaitu berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun keduanya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Syari’ah menunjukkan ciri yang bersifat tekstual karena apa yang terkandung didalamnya hanya tertuang didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa ada campur tangan dari manusia. Sedangkan fiqih memiliki kandungan yang sifatnya fungsional karena kandungannya dipahami dan ditafsirkan secara lebih mendalam sehingga kandungan tersebut dapat diamalkan oeh manusia. Mengutip dari pandangan yang dikeluarkan oleh Fazlur Rahman, dimana Ia menyebut bahwasannya fiqih merupakan bentuk praktis dari syari’at yang dipegang oleh umat Islam. Akhlak Ihsan kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu jamak dari kata khuluk, yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. akhlak juga diartikan sebagai suatu tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Sedangkan Kata Ihsan berasal dari hasuna yang berarti baik atau bagus. Ihsan berbuat baik merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah berbuat buruk. antara akhlak dan ihsan keduanya meliki keterkaitan satu dengan yang lain. akhlak sering dikaitkan dengan ihsan yang menjadi bagian dari tingkah laku seorang individu, yang didalamnya mengandung ihsan atau sesuatu yang dianggap baik. ihsan menurut Rasulullah SAW. adalah beribadah kepada Allah. Ibadah ini tidak formalitas, tetapi terpacu dengan perasaan bahwa dirinya sedang berhadapan langsung dengan Allah. Dan menurut bahasa ihsan berarti kebaikan yang memiliki dua sasaran. Pertama , ia memberikan berbagai kenikmatan atau manfaat kepada orang lain. Kedua, ia memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa yang diketahuinya yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri. Al-Quran menekan agar manusia tidak hanya berbuat baik kepada Allah, tetapi juga berbuat baik kepada semua mahkluk Allah, yakni manusia dan alam, termasuk tumbuhan dan hewan. Dan Allah mewajibkan ihsan dalam segala perbuatan, baik yang batin maupun yang lahir jawarih yang dihadapkan kepada Allah. Maksudnya, lingkup ihsan meliputi ikhlas, kebaikan dan kesempurnaan pekerjaan itu. Dengan demikian, pengamalan agama itu tidak hanya berdimensi syari‟ah, tapi juga berdimensi ihsan yang bertujuan untuk membimbing umat Islam menjadi pribadi yang mulia, yaitu merasakan kedekatan dengan Allah. KESIMPULAN Secara garis besar, Islam bisa dipelajari dalam tiga ruang lingkup yang saling terkait. Aqidah iman, syariat islam, dan akhlak ihsan. Ketiga hal inilah yang menjadi ruang lingkup ajaran Islam. Inti dari apa yang dipelajari aqidah adalah mengenai ketauhidan. Tauhid disini berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu esa. Inti dari apa yang dipelajari dalam syariat ialah mengenai hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi seluruh umat manusia dan diturunkan melalui Nabi Muhammad melalui titah ilahi dan sunnah. Sedangkan akhlak merupakan lingkup yang mempelajari untuk selalu berbuat kebajikan dan berbuat ihsan, tidak hanya kepada Allah, tapi juga kepada sesama manusia, alam beserta isinya. SARAN Aqidah, syari’at, dan akhlak merupakan bagian-bagian penting didalam Islam yang menjadi pondasi awal bagi Islam itu sendiri. Kita sebagai umat muslim harus senantiasa memahami ilmu-ilmu yang terkandung didalam ketiga bagian tersebut. Mengapa demikian? Sebab ini menjadi suatu hal yang penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim agar baik dalam menjalani tauhid, memahami hukum yang ada, ataupun mengimplementasikannya melalui ihsan semuanya mampu dijalankan secara seimbang. Oleh karenanya, setiap individu diharapkan mampu memahami ilmu tersebut dengan baik dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan guna menyerbarkan kebaikan dalam berkehidupan dengan individu lainnya. Referensi BAB II Definisi dan Ruang Lingkup Ajaran Islam. Diakses pada 21 Juli 2021 melalui ▪︎Aqidah, syariah, dan akhlak bagaikan suatu pohon, di mana aqidah merupakan akar, syariah merupakan batang dan akhlak adalah dedaunan. Syariah dan akhlak akan tumbang tanpa adanya aqidah yang mengakarinya. Aqidah mendasari syariah, dan syariah tanpa akhlak akan menjadi kezaliman. Bagaimana hubungan antara aqidah dengan ibadah dan akhlak seseorang? jika kita analogikan sebuah pohon, aqidah adalah akar, ibadah adalah batang, dan akhlak adalah buah atau bunganya. Andaikan kita ingin ibadah kita baik, maka milikilah aqidah yang kokoh dan jika kita ingin memiliki akhlak yang baik, kita harus melewati ibadah yang baik dan rutin. Apa yang dimaksud dengan aqidah dan syariah? Menurut Syaltut, syariah dan akidah merupakan satu sistim yang tidak dapat dipisahkan. Akidah merupakan dasar yang mendorong manusia untuk menjalankan syariah Tuhan, dan syariah adalah refleksi panggilan hati manusia yang berakidah. Apa perbedaan antara aqidah dan akhlak? Akidah Iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Akhlak Tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Apa fungsi aqidah dalam Islam? Aqidah Islam adalah landasan bagi seluruh ajaran Islam. 2. Aqidah Islam berfungsi untuk membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat. 3. Aqidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan lain sebagainya. Bagaimana hubungan antara ibadah dan akhlak? Jika ibadah adalah tujuan dari kehidupan kita, maka akhlak adalah pilar penopang tegaknya ibadah–ibadah kita,” ungkap Tgk Abd Razak yang juga kandidat doktor UIN Ar-Raniry ini. Berakhlak baik kepada sesama dilakukan dengan beberapa tingkatan. Apa hubungan aqidah dengan akhlak ibadah dan muamalah? Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Apa yang dimaksud dengan syariah? Syariah komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah habluminAllah maupun dalam bidang muamalah hablumminannas yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akidah? 2. Akidah bahasa Arab ةديقعلا, translit. al-aqīdah dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Fondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir. Apa itu syariah dan akhlak? Syariah adalah hukum dan aturan yang mengatur segala aspek kehidupan baik itu untuk Muslim maupun non-muslim seluruh manusia. Akhlak adalah tingkah laku sesorang yang didorong berdasarkan kesadaran untuk melakukan suatu perbuatan. Apa arti dari akidah dan akhlak? A- Pengertian Akidah Akhlak Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Menurut istilah terminologi akidah ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Apa perbedaan antara aqidah dan tauhid? Tepat, aqidah merupakan dasar atau landasan. Sedangkan tauhid merupakan wujud dari aqidah yakni dengan mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Tauhid sendiri dibagi menjadi 3, yakni Uluhiyah, Asma wa Sifat, dan Rububiyah. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akhlak? Akhlak adalah tingkah laku yang dilakukan berulang kali. Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan. Apa fungsi aqidah dan akhlak bagi kehidupan bermasyarakat? Aqidah dan Akhlak di islam itu sebagai eksistensi menusia sebagai mahkluk terhormat, sebagai mahkluk fitrahnya itu. Ajaran Aqidah dan Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ini adalah suatu bentuk kesempurnaan islam dengan titik pangkalnya pada tuhan dan akal manusia. Apa fungsi aqidah akhlak dalam kehidupan manusia? Aqidah akhlak mengajarkan manusia tidak hanya meyakini keimanan dalam diri namun juga membentuk perilaku yang diamalkan dalam kehidupan keseharian dengan berinteraksi sesama makhluk serta interaksi kepada Allah SWT. Apa fungsi dan pengaruh aqidah dalam kehidupan manusia? Aqidah memberikan pengetahuan darimana manusia datang, untuk apa hidup dan ke mana manusia akan pergi, sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan lebih bermakna. Aqidah islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Menurut Anda manakah yang lebih penting antara ibadah dan akhlak? Allah SWT juga menganggap bahwa ibadah–ibadah ritual hakikatnya untuk diri sendiri, namun ibadah sosial seperti sedekah lebih disukai oleh Allah SWT. Jadi dalam konteks ini, akhlak lebih penting daripada ibadah. Jangan sampai banyak ibadah namun gak ada akhlak. Syukur-syukur rajin ibadah dan akhlaknya juga baik. Apa hubungan antara ibadah dan muamalah? Hubungan ibadah dan muamalah sudah bisa ditebak dalam kehidupan sehari-hari. Karna ibadah adalah Cara melaksanakan perintah Allah SWT sedangkan Muamalah adalah Ketetapan/ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Apa tujuan mempelajari ibadah akhlak? Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah atau bila kita memakai istilah menghindari pemisahan agama dengan dunia sekulerisme. Adakah hubungan antara ibadah akhlak dan muamalah? Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik. References Pertanyaan Lainnya1Apa saja yang termasuk kedalam hak asasi manusia?2Langkah langkah membuat background pada slide?3Hutan bentuk kerusakannya apa saja?4Apa yang dimaksud dengan satwa harapan Tuliskan 4 jenis satwa harapan?5Apa saja bentuk struktur sosial?6Apa yang dimaksud dengan shalat tahiyatul masjid?7Profesi apa saja yang berada di industri jasa keuangan?8Jelaskan perilaku apa saja yang mencerminkan seseorang yang beriman?9Apa saja unsur unsur sistem politik itu?10Apa yang dimaksud dengan manajemen dan mengapa manajemen diperlukan? Contoh Soal Ulangan Akidah Akhlak Tentang Perilaku Riya’ Takabbur, Nifaq, Fasiq, dan Hasad Kelas 10 Aliyah I. Berilah tanda silang X pada jawaban yang paling tepat! 1. Pada dasarnya yang dimaksud dengan riya’ adalah ... a. beribadah ingin dilihat orang lain b. beribadah ingin didengar orang lain c. beribadah ingin mendapat bonus d. beribadah kepada selain Allah Swt. e. beribadah ingin dianggap hebat 2. Apabila seseorang beribadah bercampur antara ikhlas karena Allah Swt. dan karena ingin dipuji oleh manusia, maka hal tersebut termasuk ... a. riya’ kholiṣ b. riya’ amm c. riya’ khoṣ d. riya’ jali e. riya’ syirik 3. Riya’ dapat muncul pada diri seseorang ketika ... a. sedang beribadah b. setelah beribadah c. merencanakan untuk beribadah d. sebelum atau setelah beribadah e. mendapat pujian seseorang 4. Sikap menolak kebenaran dan merendahkan orang lain merupakan definisi dari ... a. riya’ b. hasad c. takabur d. fasiq e. nifak 5. Di antara hal yang dapat menyebabkan seseorang berlaku takabur antara lain ... a. selalu memandang rendah orang lain b. beribadah dan berbuat baik karena ingin dilihat orang lain c. beribadah dan berbuat baik karena ingin dipuji orang lain d. beribadah dan berbuat baik karena ingin didengar orang lain e. tidak merasa senang melihat keberhasilan orang lain 6. Mahluk Allah Swt. yang diusir dari surga karena kesombongannya adalah .... a. malaikat b. iblis c. setan d. Adam e. jin 7. Nifaq berasal dari kata an-nafaqa yang artinya ... a. lubang durjana b. dua macam lubang c. lubang haram d. lubang tempat sembunyi e. lubang hewan 8. Mendustakan Rasulullah Saw. Termasuk nifaq ... a. 'amali b. jismi c. i’tiqodi d. sukuti e. khos 9. Merasa tidak senang atas nikamat Allah Swt. yang telah diberikan kepada orang lain merupakan definisi dari ... a. riya’ b. hasad c. takabur d. fasiq e. nifaq 10. Di antara bahaya atau akibat negatif daripada sifat hasad adalah .... a. hasad dapat melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu b. orang yang hasut tidak akan diterima amalnya c. tidak mau melaksanakan perintah Allah Swt. karena hatinya telah tertutup kebencian d. menganggap dirinya paling segala-galanya e. tidak percaya dengan janji Allah Swt. dan Rasul-Nya II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan jelas ! 1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang a. Riya’ b. Nifaq 2. Jelaskan pengertian riya menurut jumhur ulama! 3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam nifaq! 4. Jelaskan pengertian hasad menurut bahasa dan istilah ? 5. Jelaskan hikmah menghindari riya’, hasad, nifaq serta buatlah contohnya! Terima Kasih Atas Kunjungannya. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu yang didengar dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat Al-Maidah, 515-16 yg berbunyi “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” “Dan agar orang-orang yg telah diberi ilmu meyakini bahwasannya Al-Qur’an itulah yg hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan yang lurus.” Al-Haj 2254 Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama. Muslim yg baik adalah orang yg memiliki aqidah yg lurus dan kuat yg mendorongnya untuk melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yg terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yg mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yg mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yg tidak lurus disebut munafik. Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak. Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Kerena itu didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman. antara lain firman Allah dalam An-Nur, 2455 “Allah menjanjikan bagi orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum mereka kaum muslimin dahulu sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka agama mereka yg Ia Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut mereka dengan rasa tenang. Mereka menyembah hanya kepada-Ku, mereka tidak menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka mereka itu adalah orang-orang yg fasik”Artikel TerkaitAqidah, Syariah dan Akhlak Dalam Islam Lihat Pendidikan Selengkapnya HUBUNGAN ANTARA AQIDAH DAN SYARI’AT Oleh Ustadz Abu Ismail Muslim Al-AtsariTermasuk perkara yang secara pasti telah diketahui dalam agama Islam, bahwa din agama Islam meliputi aqidah dan syari’at, ilmu dan amal. Keduanya merupakan kesatuan. Memisahkan di antara keduanya merupakan kesesatan yang AQIDAH Secara bahasa, aqidah berasal dari kata al aqdu. Artinya mengikat, memutuskan, menguatkan, mengokohkan, keyakinan, dan kepastian.[1] Adapun secara istilah, aqidah memiliki makna umum dan khusus.[2]Makna aqidah secara umum adalah, keyakinan kuat yang tidak ada keraguan bagi orang yang meyakininya, baik keyakinan itu haq ataupun aqidah dengan makna khusus adalah, aqidah Islam, yaitu pokok-pokok agama dan hukum-hukum yang pasti, yang berupa keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk, serta perkara lainnya yang diberitakan oleh Allah di dalam al Qur`an dan oleh Rasul-Nya di dalam hadits-hadits yang shahih. Termasuk aqidah Islam, yaitu kewajiban-kewajiban agama dan hukum-hukumnya yang pasti. Semuanya itu wajib diyakini dengan tanpa SYARI’AT[3] Secara bahasa, syari’at berasal dari kata asy-syar’u. Yang memiliki arti membuat jalan, penjelasan, tempat yang didatangi, dan jalan. Adapun secara istilah, syari’at memiliki makna umum dan syari’at secara umum ialah, agama yang telah dibuat oleh Allah, mencakup aqidah keyakinan dan hukum-hukumnya. Sebagaimana tersebut dalam firman Allah Ta’alaشَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali kepada-Nya.[asy-Syura/4213].Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari as-Suddi tentang firman Allah Ta’ala “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh“, dia berkata “Maksudnya yaitu agama semuanya yakni semua bagian-bagiannya, pen.”.Dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh“, dia berkata “Allah telah mengutus Nuh ketika Dia mengutusnya dengan syari’at, dengan menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram”.[4]Juga firmanNyaثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at peraturan dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.[al Jatsiyah/4518].Imam Ibnu Jarir berkata tentang ayat ini “Allah Yang Maha Tinggi sebutanNya berkata kepada NabiNya, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ,’Kemudian Kami jadikan kamu –hai Muhammad- berada di atas suatu thariqah, sunnah, minhaj tiga kata ini artinya jalan para rasul yang telah Kami perintahkan sebelummu’.”[5]Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini “Yaitu, ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Rabb-mu Penciptamu, Penguasamu, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.[6]Imam asy-Syaukani dalam menjelaskan ayat ini, dia berkata Arti syari’at menurut bahasa Arab adalah, pendapat, agama, dan jalan yang terang. Syari’at juga berarti tempat air yang didatangi oleh para peminumnya. Dalam bahasa Arab, jalan disebut syari’, karena ia merupakan jalan menuju tujuan. Adapun yang dimaksudkan syari’at di sini -yakni menurut istilah agama- yaitu apa yang Allah syari’atkan buat peraturan yang berupa agama, bentuk jama’nya adalah syaro-i’.Arti ayat ini ialah, Kami telah menjadikan kamu –wahai Muhammad- berada di atas suatu jalan yang jelas dari urusan agama itu yang akan mengantarkanmu menuju al haq. “Maka ikutilah syari’at itu”, yaitu amalkanlah hukum-hukumnya pada umatmu. “Dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”, terhadap tauhidullah dan syari’a-syari’at-Nya untuk hamba-hamba-Nya, mereka adalah orang-orang kafir Quraisy dan yang menyetujui mereka.[7]Dari keterangan ini, jelaslah bahwa istilah syari’at pada ayat-ayat ini mencakup semua bagian agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , yang berupa al haq kebenaran dan al huda petunjuk, dalam masalah aqidah dan makna syari’at secara khusus, yaitu peraturan yang dibuat oleh Allah yang berupa hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan. Hal ini seperti firman Allah Ta’alaلِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًاUntuk tiap-tiap umat di antara kamu maksudnya, umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan umat-umat yang sebelumnya, Kami berikan syari’at aturan dan jalan yang terang.[al Maidah/548.Telah diketahui bahwa maksud syari’at aturan dalam ayat ini adalah peraturan-peraturan, bukan aqidah. Karena aqidah seluruh nabi semua sama, sedangkan peraturannya berbeda-beda sesuai dengan keadaannya.[8]Dengan demikian kita mengetahui, bahwa syari’at memiliki makna umum dan khusus. Jika syari’at disebut sendiri, maka yang dimaksudkan adalah makna umum, yaitu agama Islam secara keseluruhan. Sebaliknya, jika syari’at disebut bersama aqidah, maka yang dimaksudkan adalah makna khusus, yaitu hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan dalam masalah agama yang bukan aqidah keyakinan.HUBUNGAN AQIDAH DENGAN SYARI’AT Istilah aqidah, jika disebut secara umum sendirian, berarti menyangkut pokok-pokok dan hukum-hukum syari’at dan keharusan dalam mengamalkannya. Sebagaimana istilah syari’at jika disebut secara umum sendirian, maka itu menyangkut perkara-perkara keimanan dan pokok-pokok serta hukum-hukum syari’at yang pasti, yaitu aqidah. Sebagaimana di atas telah dijelaskan dari firman Allah Ta’alaشَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. [asy-Syura/4213].Dengan demikian, maka aqidah dan syari’at merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa iman itu meliputi keyakinan dan amalan. Keyakinan inilah yang disebut dengan aqidah, dan amalan ini yang disebut syari’at. Sehingga iman itu mencakup aqidah dan syari’at, karena memang iman itu, jika disebutkan secara mutlak sendirian maka ia mencakup keyakinan dan amalan, sebagaimana firman Allah Ta’alaاِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. QS al Hujurat/4915.Juga fimanNyaاِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ – الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ –اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚSesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki nikmat yang mulia. [al-Anfal/82-4].Dan ayat-ayat lain yang menunjukkan, bahwa iman itu terdiri dari keyakinan dan Muhammad bin Nashr al Marwazi berkata di dalam kitab ash-Shalat “Perumpamaan iman pada amalan, adalah seperti qalbu hati, jantung pada badan; keduanya tidak bisa dipisahkan. Tidak ada seseorang yang memiliki badan yang hidup, namun tidak ada qalbunya. Juga tidak ada orang yang memiliki qalbu, namun tanpa badan. Keduanya merupakan dua perkara yang berbeda, namun hukumnya satu, sedangkan maknanya berbeda. Perumpamaan keduanya juga seperti biji yang memiliki luar dan dalam, sedangkan biji itu satu. Tidak dikatakan dua, karena sifat keduanya yang berbeda. Maka demikian juga amalan-amalan Islam dari ajaran Islam adalah iman sebelah luar, yaitu termasuk amalan-amalan anggota badan. Sedangkan iman adalah Islam sebelah dalam, yaitu termasuk amalan-amalan hati”.[9]Oleh karena itu, memisahkan syari’at dengan aqidah, tidaklah dibenarkan menurut SYARI’AT Menerapkan syari’at Allah di muka bumi merupakan kewajiban setiap muslim, secara individu atau jama’ah, sebagai penguasa atau rakyat. Karena setiap orang mengemban amanah, dan setiap orang akan dimintai tanggung jawab atas amanah tersebut. Allah Ta’ala berfirman memerintahkan RasulNya untuk memutuskan perkara manusia dengan apa yang telah Allah turunkanوَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [al Maidah/549].Allah Ta’ala juga telah berfirman memerintahkan manusia untuk mengikuti syari’at-Nya dan meninggalkan siapa saja yang bertentangan dengannyaاتَّبِعُوا مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَIkutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb–mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran dari padanya. [al A’raaf/73].Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengikuti apa yang diturunkan dari–Nya secara khusus, dan Dia memberitahukan bahwa barangsiapa mengikuti selain-Nya, maka dia telah mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya”.[10]KEWAJIBAN MENERAPKAN SYARI’AT ATAS SETIAP MUSLIM Sebagian orang beranggapan bahwa menegakkan syari’at itu kewajiban penguasa, sehingga mereka selalu menuntut penguasa untuk menerapkan hukum-hukum Allah, sedangkan mereka sendiri nampak jauh dari tuntunan syari’at. Ini adalah pemahaman yang sempit, karena sesungguhnya menegakkan hukum Allah merupakan kewajiban setiap muslim, baik dia sebagai penguasa atau rakyat biasa. Setiap orang bertanggung jawab dengan tugasnya Azza wa Jalla berfirmanفَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًاMaka demi Rabb-mu, mereka pada hakikatnya tidak beriman, hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS an Nisaa`/465.Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata “Allah Ta’ala bersumpah dengan diri-Nya yang mulia, yang suci, bahwa seseorang tidak beriman sampai dia menjadikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai hakim di dalam segala perkara. Apa yang beliau putuskan adalah haq, yang wajib diterima secara lahir dan batin. Oleh karena inilah Allah berfirman “kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”, yaitu jika mereka telah menjadikanmu sebagai hakim, mereka mentaatimu di dalam batin mereka, kemudian tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka tunduk kepadanya lahir-batin, menerimanya dengan sepenuhnya, tanpa menolak dan membantah”.[11]Allah Azza wa Jalla juga berfirmanوَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًاDan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.[al Ahzab/3336].Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata “Ayat ini, bersifat umum dalam segala perkara. Yaitu, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu, maka tidak ada hak bagi siapapun menyelisihinya. Dan di sini, tidak ada pilihan yang lain bagi siapapun, tidak ada juga pendapat dan perkataan”.[12]Oleh karena itulah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِSetiap kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Maka imam adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang laki-laki kepala rumah tangga adalah pemimpin terhadap keluaganya, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang wanita ibu rumah tangga adalah pemimpin di dalam rumah suaminya, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang pelayan adalah pemimpin pada harta tuannya, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR Bukhari, no. 2558, dari Ibnu Umar]Dengan demikian, maka setiap orang wajib menegakkan syari’at Islam sesuai dengan kemampuannya, baik ia sebagai pejabat atau sebagai MENERAPKAN SYARI’AT DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPAN Termasuk perkara yang pokok dalam agama Islam, bahwa seorang muslim berkewajiban masuk ke dalam agama Islam secara total, sesuai dengan kemampuannya. Seorang muslim wajib mengikuti Islam dalam masalah aqidah keyakinan, ibadah ketundukan hamba kepada Penciptanya, mu’amalah hubungan antar manusia, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya dalam segala aspek kehidupan ini. Sehingga menerapkan syari’at Islam bukan hanya yang berkaitan dengan ibadah mahdhah murni dan urusan pribadi saja. Juga bukan hanya yang berkaitan dengan pemerintahan saja. Bahkan wajib menegakkan hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan, sesuai dengan kemampuan. Semua sisi syari’at Islam adalah penting. Dan yang paling penting adalah aspek aqidah, yaitu Ta’ala mengecam orang-orang Yahudi yang mengimani sebagian ajaran kitab Taurat dan mengingkari sebagaian lainnya, dalam firman-Nyaاَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَApakah kamu Bani Israil beriman kepada sebahagian al Kitab Taurat dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat, mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. [al Baqarah/285].Walaupun sebab turunnya ayat ini mengenai orang-orang Yahudi, tetapi kandungannya bersifat umum, yang juga menyangkut orang-orang yang memiliki sifat seperti mereka dari kalangan kaum Muslimin. Sebagaimana telah diketahui dari kaidah tafsirاَلْعِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِYang dinilai adalah dengan keumuman lafazh, bukan dengan kekhususan juga berfirman memerintahkan orang-orang beriman untuk memasuki agama Islam secara total, sebagaimana firman-Nyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. [al Baqarah/2208].Semua itu harus dilakukan dengan ikhlas untuk Allah Rabbul- اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ –لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَKatakanlah “Sesungguhnya shalatku, ibadah qurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah”.[al An’am/6162-163].ANCAMAN MENYIMPANG DARI HUKUM ALLAH Banyak ayat-ayat al Qur`an dan hadits-hadits Nabi yang mengancam orang-orang yang menyimpang dari hukum Allah Ta’ala. Di antaranya adalah firmanNyaاَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗوَيُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا –وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًاۚApakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka “Marilah kamu tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kamu. [an-Nisaa`/460-61].Hendaklah kita mengetahui bahwa semua hukum yang bertentangan dengan hukum Allah adalah hukum jahiliyah. Allah berfirmanاَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَApakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?[al Maidah/550].Semoga Allah memberikan petunjuk kepada semua kaum Muslimin untuk mengamalkan syari’at Allah dalam seluruh sisi kehidupan mereka.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _____ Footnote [1] Mu’jamul Wasith, Bab عقد . [2] At-Talazum Bainal Aqidah wasy-Syari’ah, hlm. 9, karya Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim al Aql. [3] Ibid., hlm. 10-11. [4] Lihat dua riwayat ini di dalam Tafsir ath-Thabari, Juz 11, hlm. 134. [5] Tafsir ath-Thabari, Juz 11, hlm. 258. [6] Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4, hlm. 191. [7] Tafsir Fathul-Qadir, Juz 5, hlm. 11. [8] Lihat Tafsir ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fathul-Qadir, pada ayat ini. [9] Kitabul-Iman, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hlm. 283. [10] I’lamul Muwaqqi’in 2/46, Penerbit Darul-Hadits, Kairo, Th. 1422 H / 2002 H. [11] Tafsir Ibnu Katsir, surat an-Nisaa`/4 ayat 65. [12] Ibid., surat al Ahzab/33 ayat 36. Home /A3. Aqidah Makna dan.../Hubungan Antara Aqidah dan...

pertanyaan tentang aqidah syariah dan akhlak